"Hai,
masih ingatkah kau denganku? Aku, Cinta."
"Cinta?"
Ia menyapaku dalam hening.
"Cinta?"
Ia menyapaku dalam hening.
Cinta. Dia kembali datang menghampiriku. Lama tak jumpa. Tapi aku tak menginginkannya. Kalaupun harus datang, setidaknya perlu ada jeda waktu. Aku tak mengharapnya menampak tiba-tiba seperti ini. Ada sesuatu yang masih perlu aku tenangkan, perlu aku tata: hati.
"Jangan
bersedih," katanya, "aku datang dengan warna berbeda."
"Oh,
warna berbeda.." kutanggapi dengan sedikit takjub.
Perlahan,
aku lega dalam batin. Dia tahu, bahwa
kedatangannya yang dulu membuatku sejenak riang namun pada akhirnya membuatku jatuh sedih.
"Kali
ini aku mengharapmu membahagiakanku, tanpa sedikitpun kesedihan. Bisakah?"
sorot mataku tajam memohon.
"Baik,
meski aku tak janji," jawabnya, dan seraya meyakinkanku, "tapi,
tersenyumlah. Karena aku akan berusaha."
Simpul
senyum bibirku, merekah. Tersirat bahagia. Sekalipun aku tak mengelak pernah terbekas gores pilu. Aku kukuh menaruh harap. Mengharapnya untuk benar-benar memberiku kebahagiaan
yang tak lagi semu.
"Bahagiakanlah
aku! Bahagiakan aku, Cinta! Sekalipun aku tahu sikap ini egois. Maaf. Biarkan untuk
kali ini saja," bisikku.
Bahagiakan aku, meskipun kutahu logika dan perasaanku akan kembali bertarung hebat.
Bahagiakan aku, meskipun kutahu logika dan perasaanku akan kembali bertarung hebat.
mlg/7/8/14
0 comments:
Post a Comment