Aku, Wanita Bercadar

Leave a Comment
hijab cadar

Kau bertanya risih?
Aku tidak risih dengan apa yang kupakai.
Kudapat ketenangan dan rasa aman.
Justru, risih kurasakan saat ada yang mengatakanku menyimpang.
Tidak, tidak hanya sekedar risih, aku bahkan menangis.
Dadaku terasa sesak.
Sungguh sedih, sampai seakan aku tak lagi bisa berkata-kata, karena mereka yang menuduhku menyimpang adalah saudaraku sendiri, saudara seiman, seislam!

Kau berkata aneh?
Biarlah kau katakan aneh, norak, atau kuno.
Atau, bahkan sekalipun akan kau katakan teroris?
Aku hanya berusaha meniti jalan atas petunjuk Allah, tertata dalam kalamNya di Al-Qur’an, dan Al-Hadits, serta yang terpancar di tiap tindak-sikap Rasulullah Muhammad.

Kau berkata budaya Arab?
Sekalipun bila benar, kuletakkan budaya dibawah syari’at.
Kurangkul budaya bila selaras, dan kulepas bila ia bertolak darinya.
Namun, adakah Arab menerapkan budaya itu sebelum zaman Rasulullah Muhammad?

Kau berkata terbelenggu?
Aku tak terbelenggu. Justru nyaman.
Aku juga tak melanggar hak asasiku sebagai wanita.
Mungkinkah aku melanggarnya? Sedangkan kulakukan ini dengan sukarela dan ketaqwaan terhadap Tuhanku.

Tak perlu kau risih denganku.
Bukankah kau pengagung-agung toleransi?
Maka hargai dan biarkan aku memakainya.

Aku tak merasa caraku adalah yang paling benar, sungguh tidak.
Memakai ataupun tak memakainya, ikhtilaf yang ada semoga berbuah pahala atas ijtihadnya masing-masing.

Asalkan julurkan jilbab, saudariku. Bukan malah enggan memakainya.

Akankah kau terus memperhatikanku dengan penuh waswas seraya mengernyitkan dahi? Sedangkan banyak di sekelilingmu yang justru jelas-jelas melanggar syari’at. Mereka yang tak jua berhijab.


mlg/8/8/14
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment